
Foto: Ilustrasi net/Ist
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Tuyul masih merupakan golongan Jin. Meski termasuk golongan makhluk halus, namun banyak masyarakat yang percaya bahwa konon golongan Jin berbentuk anak kecil berkepala plontos dan bermuka seram itu dapat dipelihara manusia dengan tujuan bisa diperintah oleh sang empunya untuk mengambil uang milik orang lain.
Seperti diungkapkan Si Bos (40) bukan nama sebenarnya, warga Banjar (alamat tidak bisa kami tulis secara lengkap-red), kepada Koran HR, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (02/09/2017) malam lalu, bahwa dirinya pernah memelihara tuyul pada tahun 2008 silam selama kurang lebih 8 bulan.
Baca Juga: Soal Tuyul, Bhabinkamtibmas Sinartanjung Banjar Minta Warga Tidak Resah
Dia juga mengaku bahwa sebenarnya menerima hidup dengan serba kesusahan. Namun, sebagai manusia biasa, ia pun mengharapkan agar bisa hidup lebih baik dalam segi masalah ekonomi. Terlebih istrinya yang kerap mengeluh akibat kerasnya himpitan ekonomi.
“Awalnya sangat takut, namun karena desakan ekonomi yang cukup kuat, akhirnya saya beserta istri mengambil jalan pintas untuk mencapai kekayaan secara instan,” tuturnya.
Ia pun menjelaskan awal mula dirinya bersekutu dengan iblis yang berwujud tuyul itu. Pada suatu hari di Bulan Maret tahun 2008, ia bertemu dengan temannya di Bandung. Kemudian ia curhat dan ingin meminta pekerjaan kepada temannya tersebut.
Baca Juga: Isu Tuyul Embat Uang Teror Warga Ciakar Ciamis
Karena tidak ada lowongan pekerjaan di Bandung, kemudian dirinya ditawari bisnis yang bisa membuat orang cepat kaya, tapi dengan persyaratan harus mengikuti sebuah ritual. Lantaran didorong oleh desakan kebutuhan ekonomi dan bisikan setan, kemudian Si Bos pun menyetujuinya.
“Setelah berbincang dengan teman, saya langsung menghubungi istri yang ada di Banjar, dan istriku menyusul ke Bandung. Dari Bandung, saya dan istri diantar oleh teman saya itu ke sebuah tempat di wilayah Sukabumi, di sana kami dikenalkan dengan seorang dukun. Singkat cerita, hingga akhirnya saya dan istri menjalankan sebuah ritual ghaib di sana,” terangnya.
Baca Juga: Uang Kerap Hilang Tiba-tiba, Warga Sumanding Wetan Banjar Curigai Keberadaan Tuyul
Kemudian, lanjutnya, setelah selesai ritual, sang dukun memberikan sesosok makhluk halus jenis tuyul. Selain itu, sang dukun juga memberikan beberapa persyaratan kepada dirinya, termasuk syarat yang menurutnya sangat berat, yakni istrinya harus menyusui dan merawat tuyul tersebut.
“Pada saat itu kami memelihara tuyul, namun kami tidak “beroperasi” di Banjar, melainkan di Bandung, karena kami pun mengontrak sebuah rumah kecil di kawasan Baleendah, Bandung,” ungkapnya.
Menurutnya, hasil dari “operasi” itu memang cukup lumayan. Baru menginjak empat bulan saja ia bersama istrinya sudah bisa membeli sebuah sepeda motor dan barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya.
Namun, petaka datang saat menginjak tujuh bulan. Istrinya sering sakit-sakitan dan sudah tidak kuat lagi untuk memenuhi persyaratannya, yakni menyusui tuyul peliharaannya tersebut.
Baca Juga: Soal Tuyul di Sumanding Wetan Banjar, Begini Kata Tokoh Agama
Pada bulan Oktober 2008, ia kemudian bertemu dengan seorang ustad bernama Burhan di kawasan Alun-alun Bandung. Ia pun lalu menceritakan kepada ustad tersebut tentang sakit yang sedang diderita istrinya, dan Ustad Burhan akhirnya memberikan wejangan supaya dirinya kembali lagi ke jalan yang benar.
Setelah mendapatkan wejangan dari sang ustad, pada keesokan harinya Si Bos pun memutuskan untuk menemui lagi sang dukun di Sukabumi, dengan tujuan mengembalikan tuyul dan meminta berhenti tidak akan bersekutu lagi dengan iblis kecil tersebut.
Tiba di sana Si Bos langsung menyampaikan niatnya kepada sang dukun tersebut. Namun, bukannya diterima, yang ada malah ditentang oleh sang dukun. Bahkan sang dukun sempat mengancam jika berhenti nantinya akan ada malapetaka yang terus menimpa keluarganya.
Baca Juga: Uang Sering Lenyap, Tuyul Hebohkan Warga Sinartanjung Banjar
“Pada saat itu, dukun pemilik tuyul tersebut marah kepada kami. Tapi kami pun tidak takut karena yakin akan pertolongan Allah SWT, dan beruntung istri saya tidak sampai meninggal akibat terus menyusui tuyul,” tuturnya.
Ia pun mengakui semua perbuatannya itu adalah dosa besar karena telah berbuat musyrik. Hingga akhirnya, Si Bos bersama istrinya taubat dan meminta ampunan kepada Allah SWT. Selain itu, ia juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak berbuat musyrik, apalagi memelihara tuyul atau babi ngepet.
“Alhamdulillah, kami masih diberi perlindungan dan kesempatan untuk bertaubat. Kami kini hidup seperti biasa, dan benar-benar mulai dari nol lagi. Apa yang kami miliki dulu di Bandung, sudah kami jual dan hasilnya kami sumbangkan ke sebuah yayasan anak yatim di Bandung,” katanya.
Semenjak itu, pada pertengahan November 2008 ia pindah dari rumah kontrakannya di kawasan Baleendah, Bandung dan kembali ke Kota Banjar. Kini ia bersama istrinya lebih bahagia meski hidup sederhana.
“Kami lebih memilih hidup yang sekarang, yakni dengan usaha halal kecil-kecilan. Meski sederhana tapi kami bahagia, dan saya mengingatkan kepada masyarakat jangan sekali-kali menyekutukan Allah SWT. Bagi yang masih memelihara tuyul atau sejenisnya, tinggalkan dan segeralah bertaubat,” tandasnya. (Hermanto/Koran HR)