
Kasubag Hukum, Publikasi dan Informasi BLUD RSU Banjar, Muntiati Sri Handani, menunjukkan papan petugas Red Code (tim antisipasi Bencana BLUD RSU Banjar). Photo: Nanang Supendi/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Semakin banyaknya bangunan bertingkat di BLUD Rumah Sakit Kota Banjar, harus pula dipikirkan proses mitigasi bencana, baik itu bencana alam maupun kebakaran atau lainnya. Mitigasi bencana itu adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana.
Lahan atau areal untuk evakuasi dirasakan sempit bahkan tidak ada, semisal beberapa waktu yang lalu terjadi guncangan gempa bumi cukup kuat hingga mencapai kekuatan 6,9 SR pada Jum’at (15/12/2017).
Menanggapi hal itu, manajemen BLUD Rumah Sakit Kota Banjar, mengklaim saat terjadi gempa berkekuatan 6,9 SR pada hari Jum’at (15/12/2017) lalu, berada pada titik aman, sehingga tidak sampai terjadi proses evakuasi pasien.
“Saat terjadi cukup besar dua minggu lalu itu, kondisi RSU Banjar aman. Alhamdulillah, bangunan pun tidak yang retak atau sampai rubuh,” kata Kasubag Hukum, Publikasi dan Informasi RSUD Banjar, Muntiati Sri Handani, kepada Koran HR, Rabu (27/12/2017).
Meski begitu, pihaknya melalui tim tetap siap siaga mengantisipasi segala kemungkinan terjadi. Begitu juga bila terjadi bencana bentuk apa pun sudah disiapkan tim sebagaimana aturan yang harus dipenuhinya.
“Intinya, RSUD Banjar ini sudah siap mengantisipasi bencana dengan miliki beberapa tim, yaitu seperti “Red Code”, dimana saat bertugas pengamanan bencana menggunakan helm,” ujarnya.
Dia menjelaskan, bahwa untuk petugas dengan helm warna merah adalah pengaman api, helm warna biru untuk petugas pengaman pasien, helm putih untuk petugas pengaman dokumen, dan helm warna kuning untuk petugas pengaman alkes.
Selain itu, ada juga tim untuk menangani pasien pingsan yang disebut tim Kodblue. Anggota tim tersebut semuanya sudah dilatih. Sehingga, bila terjadi bencana mereka sudah sedia dan siap dipanggil.
Namun, jika mendesak pasien harus harus dievakuasi, RSUD Banjar sudah memiliki jalur evakuasi dan tempat atau titik berkumpul. “Kesiapan itu sudah dimiliki sesuai aturan yang berlaku. Hal itu pun demi pengoptimalan pelayanan kesehatan yang tersedia. Jadi, bukan hanya tim, perawat kami pun dilatih untuk mengantisipasi bencana,” tandas Sri. (Nanks/Koran HR)