
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Indahnya masa kecil, bersekolah, dan bermain bersama teman-teman sebaya, serta mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua adalah menjadi sebuah dambaan bagi setiap anak. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Ahmad (9) dan Dimas (7). Kerasnya kehidupan membuat kakak beradik ini harus putus sekolah karena faktor himpitan ekonomi keluarganya. Mereka berdua terpaksa menjadi pemulung mengikuti jejak orang tuanya.
Memulung barang bekas sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi kedua anak yang mengaku kini tinggal di sebuah rumah kontrakan di Lingkungan Jelat, Blok I, Kelurahan Pataruman, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, bersama kedua orang tuanya.
Kakak beradik ini selalu berjalan kaki menyusuri wilayah Kota Banjar demi mencari barang-barang bekas, untuk kemudian dijualnya kepada seorang pengepul. Panas dan teriknya matahari maupun hujan bukanlah halangan bagi mereka. Bahkan, mereka sudah menganggapnya sebagai sahabat setia yang menemani, serta memberi kekuatan demi cita-cita untuk membantu ekonomi keluarga.
Dalam rutinitasnya sebagai pemulung, Ahmad selalu membawa sebuah karung untuk wadah barang-barang bekas hasil pungutannya dari tempat sampah di pinggir jalan yang mereka lewati, seperti kardus dan botol-botol bekas.
Sementara adiknya, Dimas, bertugas membawa makanan kecil dan air minum yang disimpan dalam kantong keresek hasil pemberian orang yang merasa kasihan terhadap mereka. Terlihat sesekali kedua anak itu membasuh peluh dan berhenti di bawah pohon, atau di emperan toko untuk melepas lelah.
Saat dijumpai Koran HR, Minggu (21/10/2018), di kawasan Rest Area Banjar Atas (BA), Parungsari, Ahmad, menuturkan bahwa ia dan adiknya terpaksa melakukan hal ini demi membantu ekonomi keluarga, tanpa ada suruhan dari orang tua.
“Saya berhenti sekolah kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah, dan adik saya berhenti sekolah kelas 2. Saya terpaksa seperti ini karena ingin membantu orang tua,” tutur Ahmad.
Ternyata Ahmad dan Dimas yang merupakan pemulung itu kerap mendapat perhatian dari setiap orang yang melihatnya. Seperti dikatakan Ikin (60), salah seorang warga Parungsari, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, yang mengaku merasa iba terhadap dua anak kakak beradik tersebut.
“Mereka sering lewat depan warung saya. Terkadang saya pun suka ngasih roti atau makanan-makanan kecil buat mereka. Saya kasihan kepada mereka,” ungkap Ikin.
Senada dikatakan Toni (49), warga Parungsari lainnya. Menurut dia, anak seusia mereka bukan waktunya untuk kerja keras banting tulang. Untuk itu, dirinya berharap kepada pemerintah supaya memperhatikan masyarakat kecil yang memang hidupnya benar-benar berada di bawah garis kemiskinan.
“Kasihan mereka, anak seusia itu belum waktunya bekerja keras, apalagi hingga putus sekolah. Saya berharap supaya pemerintah memperhatikan nasib mereka dan keluarganya supaya ke depan kedua anak itu bisa bersekolah kembali,” kata Toni.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kota Banjar, Asep Tatang, Selasa (23/10/2018), berjanji bahwa pihaknya akan segera mengecek langsung ke rumah orang tua kedua anak tersebut.
“Jika memang kedua anak itu warga Banjar, kami akan menindaklanjuti dan melaporkan hal ini kepada walikota, dan jika anak tersebut berasal dari luar kota, maka kami akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dimana kedua anak tersebut berasal,” tandasnya. (Hermanto/Koran HR)
The post Putus Sekolah, Bocah Kakak Beradik di Banjar Ini jadi Pemulung appeared first on Harapan Rakyat Online.