Salah satu pementasan yang ditampilkan santri di Pondok Pesantren Roudlotul Huda 2, Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, dalam prosesi khataman. Photo: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Setiap orang tidak perlu menghakimi orang lain dari sudut manapun. Yang paling utama adalah menghormati mereka. Karena Tuhan lah yang paling mengetahui jati diri kita sebenarnya. Prinsip ini dipegang teguh oleh Kyai Khoerudin, pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Huda 2, Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar.
Dengan keyakinan tersebut, kyai yang mendidik sebanyak 64 santrinya itu fokus pada bidang Nahwu Shorof (gramatikal bahasa Arab), yakni sebuah bidang ilmu pengetahuan dasar untuk mengetahui bahasa Arab secara utuh.
Menurut Kyai Khoerudin, sistem pesantren yang dijalani meski menggunakan metode klasik (salaf), para santri senantiasa khidmat menikmati perubahan harokat pada teks Arab dan makna huruf demi huruf dalam setiap kegiatan mengaji.
Sebagai puncak belajarnya, para santri mengikuti prosesi khataman/kenaikan kelas tiap bidangnya yang disaksikan ratusan masyarakat dan tokoh ulama. Dalam kesempatan haul pendiri ponpes, KH. Ibrahim Ya’qub, yang ke-16, semua santri berikrar menjaga keutuhan NKRI dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya usai prosesi khataman.
“Kita ajarkan kepada mereka arti penting mencintai tanah air melalui budaya pesantren. Kami harap mereka menjadi orang yang dapat menghormati seperti halnya bangsa ini yang bersatu dalam perbedaan,” kata Kyai Khoerudin, saat ditemui Koran HR, Selasa (19/07/2016) lalu.
Sementara itu, Iqbal (20), santri yang telah mengkhatamkan Kitab Alfiyah, mengatakan, belajar bahasa Arab penting dilakukan sebagai pondasi menjaga keutuhan teks asli Al-Qur’an, Hadist maupun literatur yang ditulis para ulama terdahulu.
“Siapa sangka, telah banyak yang merubah makna maupun teks pedoman kita demi kepentingan dan tujuan tertentu. Makanya, belajar bahasa itu penting, temasuk bahasa Arab,” ujar Iqbal.
Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Huda 2, Maesur, menambahkan, saat ini banyak oknum mengatasnamakan jebolan pesantren terjebak paham yang bertentangan dengan Islam. Parahnya, mereka membuat keresahan di masyarakat dengan aksi teror.
“Kita selalu berpesan kepada santri untuk menjaga citra agama Islam, terutama nama baik pesantren. Satu hal prinsip kami adalah menjaga tsadisi lama dan menerima tradisi baru dengan baik,” tandasnya. (Muhafid/Koran-HR)