Photo: Ilustrasi net/Ist
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Berkaitan dengan adanya sejumlah kalangan remaja yang perilakunya menyimpang dari norma-norma agama, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Persiapan Kota Banjar, Jajang Wahyudin, mengatakan, hal tersebut merupakan suatu peringatan bagi semua kalangan. Masalah ini adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya pihak sekolah, ulama, maupun lingkungan keluarga.
“Ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Menurut pandangan saya, hal ini terjadi dari kurangnya pemahaman agama, kurangnya perhatian keluarga, dan bisa saja akibat salah asuh orang tua sehingga anak tidak terkendali dan cenderung mencari kebebasan di luar,” kata Jajang, kepada HR, Senin (14/11/2016) pekan lalu.
Pendapat serupa dikatakan salah seorang aktivis perempuan Korp PMII Putri (KOPRI) Kota Banjar, Ayyi Masruhah, yang mengaku prihatin dengan adanya hal seperti ini. Menurut dia, Pemerintah Kota Banjar dan dinas terkaitnya, yakni Dinas Kesehatan, Dinasos, serta Kemenag, harus cepat melakukan penyuluhan.
Sosialisasi dilakukan harus menyisir ke semua leading sektor untuk memberikan pemahaman terhadap remaja tentang bahaya mengkonsumsi obat-obat terlarang maupun minuman oplosan yang memabukan, serta pembekalan moral, mental dan iman.
“Pemerintah melalui instansi-instansi terkait harus cepat melakukan penyuluhan dan pemahaman kepada remaja yang ada di Kota Banjar, serta harus sebanding lurus dan gencar dilakukan pemerintah dalam agenda besar mengatasi masalah yang sedang mengemuka akhir-akhir ini,” tandas Ayyi.
Tak hanya kalangan aktivis mahasiswa saja yang menanggapi permasalah ini. Engkus (50) misalnya, salah seorang warga Banjar, menilai bahwa masalah ini menjadi sebuah ketimpangan tersendiri, yang mana pemerintah tidak memperhatikan pemudanya. Padahal, cerminan kristalisasi baik buruknya suatu daerah tergantung bobot dan kualitas pemudanya.
“Memang benar, ini merupakan tanggung jawab bersama, namun pemerintah pun harus cepat tanggap. Banjar kota yang agamis atau dengan motto iman dan taqwa, jangan hanya dijadikan slogan saja. Dalam hal ini jelas seolah pemerintah hanya memikirkan dan menganak emaskan partai politik saja daripada organisasi kepemudaan,” kata Engkus.(Hermanto/Koran HR)