
Lapang sepak bola yang terdampak pembangunan RS Langensari. Foto: Nanang Supendi/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Setelah mendengar jawaban dari pihak Pemkot Banjar, mengenai kepastian pengganti Lapang Sepakbola Sanggabuana, Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, yang dijadikan lokasi pembangunan Rumah Sakit (RS) hanya akan diganti berupa fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH), mendapat tanggapan dari sejumlah perwakilan warga yang diundang.
Seperti disampaikan salah seorang tokoh masyarakat Muktisari, H. Dede Sukur. Dia mempertanyakan soal pengganti lapang hanya berupa fasilitas RTH, dan bentuk RTH yang akan dibuat.
“Kemudian, benar tidak ke depannya akan ada pembebasan lahan. Semestinya hal ini direncanakan sejak awal, atau disampaikan dalam berbagai sosialisasi sebelum pembangunan RS,” tanya Dede, Senin (12/6/2017) lalu.
Dia menilai, tidak adanya kejelasan penyampaian dari awal menjadi letupan di tengah masyarakat. Mesti hanya akan dibangunkan RTH, namun lapangan sepakbola harusnya tetap ada.
“Kita warga Muktisari bukannya rewel, tapi daya dukung yang diperlukan dari pemerintah juga mampu memfasilitasi keinginan warga. Insya Alah warga akan mendukungnya dan mensuksekan lebih lanjut pembangunan RS,” ujar Dede.
Ketua LPM Kelurahan Muktisari, Jejep, menyayangkan pengganti lapang hanya sebatas RTH. Hal itu seolah jawaban dari pemerintah masih tetap sama, yakni tidak akan ada pengganti semestinya. Kepastian ini tentunya menjadi keraguan disetujui oleh semua kalangan masyarakat di Muktisari.
“Ini bagaimana. Perjuangan LPM akan dipertanyakan warga, kenapa menerima keputusan demikian. Di lingkungan Muktisari ini sedang bergejolak dan sedang gawat darurat atas tak jelasnya pengganti lapang. Terlebih kepastiannya seperti ini,” ujarnya.
Jejep kembali menegaskan, bahwa Lapang Sepakbola Sanggabuana dibangun atas hasil jerih payah dan swadaya masyarakat, dan digunakan bukan hanya untuk olahraga sepakbola, namun juga digunakan warga sebagai tempat shalat Ied saat Lebaran Idul Fitri maupu Idul Adha. Bahka, digunakan juga oleh anak sekolah baik SD maupun SMP PGRI Langensari.
“Kalau tidak ada pengganti lapang, mau kemana jadinya. Pasti menjadi keluhan kembali warga dan para guru sekolah. Untuk di lapang Sport Center, warga malas ke sana, terlebih harus bayar,” kata Jejep.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Muktisari, Agus Andri Apriliani, tetap menuntut kepastian pengganti berupa lapang sepakbola kembali seutuhnya. Meski nantinya di RTH akan ada sebuah lapang futsal, tapi tetap harus ada kejelasan terlebih dahulu kepada warga.
“RTH itu juga baru rencana, syukur terealisasi. Jangan sampai warga tak diperhatikan. Hak-hak warga Muktisari yang telah swadaya bikin lapang seolah dikebiri” ujar Agus.
Menurutnya, kepastian akan dibangun RTH disertai lapang seadanya nanti akan dipertanggungjawabkan oleh elemen masyarakat yang menyetujuinya. Namun, pada prinsifnya pihak pemuda mendukung pembangunan RS. Tapi tetap mereka menunggu kepastian karena belum puas.
“Jangan sampai ada persetujuan sepihak, soalnya baru kali ini pemuda diundang lagi. Dulu hanya sosialisasi awal saja diundang, berikutnya tidak. Termasuk dalam setiap pertemuan pun tak dilibatkan,” ungkap Agus.
Pemuda lainnya, Acep Sihombing, mengatakan, dengan anggaran yang ada, Pemkot Banjar hanya bisa membangun RTH, dan tentunya ukuran pun tak akan sebesar lapang sepakbola pada umumnya
“Dimungkinkan tak akan bisa dilengkapi sebuah fasilitas lapang sepakbola. Jadi perlu dikaji,” ucapnya.
Sementara itu, Ruhimat, warga yang sebelumnya memasang spanduk protes, tak bisa berbuat banyak atas jawaban kepastian tersebut. Bahkan, dirinya mengaku malu atas gerakan protes melalui spanduk yang telah dilakukan sebelumnya.
“Terus terang saya malu atas aksi itu. Sekarang lebih paham dan mengerti. Lapang itu kan statusnya aset kota. Jika sekarang pemkot akan mengganti walau sebatas RTH, tentu sangat berterima kasih dan kita songsong saja pembangunan RS,” katanya.
Menurut Ruhimat, terpenting dirinya selaku RT sudah ikut berjuang meminta lahan pengganti lapang sepakbola. Sekarang hasil kepastiannya seperti itu, tentu langkah pemkot juga patut diapresiasi atas pembangunan RS di Muktisari.
Anggota LPM lainnya, Eman, yang sebelumnya protes, sekarang dirinya siap membantu Pemkot Banjar dan pihak pengembang untuk mensukseskan pembangunan RS.
“Kita bantu dan sukseskan saja pembangunan RS. LPM dan tim sudah melakukannya, mulai dari proses pemindahan makam, baik makam umum maupun makam pahlawan. Termasuk saat ini yang dikerjakan pengembang berupa pengurugan,” kata Eman. (Nanks/Koran HR)